Ta'co


Kalau kau perhatikan Ia selalu ada disana

Dengan asapnya yang mengepul

Dan gerobaknya yang sendiri

Kalau kau perhatikan sekilas biasa saja

Bisa saja murung

Bisa juga perkasa

Atau mungkin aku yang melebih-lebihkan

Andai sekiranya tidak

Enduslah aroma yang ditebarkan kipasnya

Maka bergejolaklah pita-pita dalam perutmu

Lalu

Kalau kau perhatikan senyum itu manis juga

Seulas tarikan bibir dihias gigi yang tidak begitu rapih

Katakan pada sahabat bahwa kau jatuh cinta

Dengan usia dan peluh yang mengalir begitu muda

                                                                                                Makassar, 9 November 2013

( halo. kembali lagi dengan puisi abal-abal saya. puisi kali ini juga terinspirasi karena satu tokoh ; Ta’co. )

    Maybe most of you already knew what the meaning of ta’co is. jadi, ta’co adalah panggilan pengganti ‘mas’ atau ‘daeng’ dalam bahasa Madura. Di tempat ta’co itulah saya kemudian mendapatkan semacam wahyu tentang apa yang seharusnya saya – kami – kita semua lakukan tentang rejeki. Singkat cerita, usai techmeet dan menghayal tentang masa depan bersama sahabat saya – Leandra, kami memutuskan untuk singgah makan sate tanpa ada rencana sebelumnya. aroma asap daging sate Madura dan atmosfer senja hari memang selalu menggoda. Di kali kedua – kali ini sendirian, saya  kembali singgah makan sate -  juga tanpa direncanakan usai menghadiri suatu acara. Disitu saya teringat percis bahwa ta’co dan suasana yang sama pula saya mengatakan pada Leandra di kali awal mencicipi jualan ta’co ; “dia cakep juga ya”. ekspresi mendengus Leandra mematahkan kalimat polos yang saya ucapkan tanpa pikir panjang.

   Di kali kedua itu lah mungkin ta’co mengingat saya, sebab kami cukup banyak bercerita mulai dari umurnya yang masih terbilang muda dan mau merantau jualan sate di Makassar, kemudian komentarnya tentang perempuan Makassar yang maharnya paling mahal dibandingkan dengan suku lain, film, dan apa yang saya kerjakan. Selanjutnya, akhir-akhir ini saya memang sering pulang malam usai latihan teater di gedung kesenian. dan ta’co termasuk jalur wajib jalan kaki saya untuk bisa sampai di rumah. Ternyata ta’co memang mengingat saya dan saya akui dia termasuk salah satu pemanis acara jalan kaki setelah aktifitas yang melelahkan seharian selain kejadian-kejadian lucu dan aneh di angkutan umum atau  rute jalan kaki lainnya. Setiap saya lewat, ta’co terlihat malu menyapa saya dengan seulas senyum yang susunan giginya berjarak itu. Karena menjelang penghujung malam mungkin memang jam ramainya jualan ta’co, saya menyapanya dengan “rame ta’co”.

   Tadi hal lucu merasuki ta’co dan membuatnya berlari mengejar untuk meminta nomor hp saya. saya tanyakan “untuk apa?”, tapi dia hanya senyum mesam-mesum dan kembali mengulang permintaannya dengan ngos-ngosan. dia sampai lupa membawa hpnya, karena terburu-buru bahkan meninggalkan pelanggan. malu katanya meminta no hp saya ketika banyak orang. Karena peristiwa ta’co ini cukup langka dan saya sedang berbaik hati saya missedcall saja ke hpnya.
Ta’co… jaga dan gunakan no hp sy seperlunya yaa.

Kata Leandra, “seperti ftv saja”, iyakah? Hahaha could you figure out what happened after? )

Komentar

Postingan Populer